Sabtu, 06 Juni 2020

Rindu Di Depan Kelas

    Hampir tiga bulan berlalu dan selama itu pun kita tidak bertemu. Ada banyak hal yang ingin kuceritakan buat kalian. Cerita tentang hidup, tentang pengalamanku dan tentang bagaimana membuat puisi yang enak dan banyak lagi lainnya. Kita selalu tertawa bersama dengan segala kekonyolan di waktu ice breaking. Aku rindu sapaan lembut di pagi hari, uluran tangan polos dan menyapa "Selamat pagi bunda". Semua kenangan tentang keseharian kita menari indah di pelupuk mata, tak sadar airmata menetes di pipi. Inginku rengkuh kalian tapi aku tak mampu. Wabah Covid 19 selalu mengintai tiap gerakan kita yang rindu ingin bertemu, rindu belajar bersama dalam kelas. Kerinduanku berada di antara kalian sulit ku bendung, rindu ketika aku menjawab pertanyaan-pertanyaan penuh antusias dari kalian. Teringat celetukan nakal kalian ketika aku berdiri di depan kelas. Celetukan nakal yang mampu mengubah suasana menjadi menyenangkan. Semoga petaka ini cepat berlalu dari negeri tercinta, agar kita bisa bersama bergandengan tangan menimba ilmu. Tetap sehat anak-anakku, percayalah kita pasti akan bertemu di kelas itu.
Salam Sehat

Jumat, 05 Juni 2020

Menulis Adalah Kebutuhan Bathin

   Otak yang menggerakkan dan memerintah semua organ tubuh untuk bekerja sesuai fungsinya. Jika seseorang merasa malas atau tiba-tiba rajin juga otak yang memerintah. Artinya begitu ada keinginan untuk menulis berarti otak yang berperan. Oleh karena itu perlu terus diasah dan dilatih secara terus menerus. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa menulis bukanlah bakat melainkan keinginan untuk terus berpikir seraya berlatih untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Ketrampilan menulis ini juga harus diimbangi dengan kegiatan membaca. Semakin banyak membaca akan semakin banyak kosa kata dan ilmu yang diperoleh. Mustahil seseorang pandai menulis tanpa membaca terlebih dahulu. Mulailah menulis dari apa yang disukai kemudian tulislah setiap kejadian yang dilalui sepanjang hari. Karena setiap kejadian yang dialami akan lebih mudah mengalir dalam bentuk tulisan. Jadi, menulis itu bukanlah kewajiban tetapi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari insan yang ingin terus mengupgrade diri kearah yang lebih baik lagi.
Sekian dan terma kasih.
Salam

Senin, 01 Juni 2020

Resume Kuliah Online Bersama Om Jay Nama :Vivi Kristiani,S.Pd,M.Pd Asal :Palangka Raya-Kalimantan Tengah Tanggal:1 Juni 2020 Berawal dari menulis di blog membawa seorang Omjay menjadi seseorang yang hebat. Hebat menginspirasi orang lain agar mau berliterasi menulis mengembangkan minat dan bakat. Setiap orang bisa menulis berawal dari sesuatu yang sederhana terlebih dahulu, kejadian yang dialami di lingkungan sekitar. Konsisten menulis setiap hari tentang apa saja membuat sosok Omjay mampu memberikan yang terbaik buat negeri yaitu BUKU. Intinya mau belajar, mencoba dan terus mencoba tanpa mengenal kata bosan. Langkah-langkah menulis diuraikan dengan begitu sederhana dan menarik sehingga mudah untuk dipahami. Menulis adalah suatu kebutuhan pokok manusia yang membuat hidup lebih bermakna dan ketika seseorang mampu menjadi inspirator bagi orang lain. Terima Kasih

Minggu, 31 Mei 2020

Kerinduan

Malam kian larut Suara-suara merdu mengalun indah di keheningan Gelora yang menggelegar tak terbendung Bagaikan petir dahsyat Meluluh lantakkan hati menjadi puing-puing penuh arti Ahhhh mengapa rasa ini begitu kuat membakar jiwa Jiwa yang haus….meronta,menerkam kepahitan yang menari indah Ya…..rindu Rindu sosok yang pernah hadir di sini Mengisi indah pelataran hati Akankah rindu menyatukan kau dan aku Walau hanya dalam angan dan mimpi tidur siangku??

Kamis, 21 Mei 2020

Memberi Dalam Ketiadaan

Berproses dalam hidup. Mengubah pola pikir yang kuno menjadi sesuatu yang baru serta beranjak dari kekurangan memotivasi diri untuk melakukan kebaikan. Sedikit namun bermakna bagi diri sendiri dan orang lain. Tidak harus menunggu kaya baru bisa memberi dan berbagi tetapi memberi dalam ketiadaan adalah sebuah hal yang luar biasa. Ini yang dilakukan oleh seorang anggota TNI yang bermarkas di Tim Intel Korem 102 Panju Panjung. Beliau mengatakan bahwa berkat yang ada pada kita sebagiannya adalah berkat orang lain yang dititipkan melalui kita. Berjuang bersama menghadapi pandemi ini,bergandengan tangan dan saling menopang niscaya akan terasa lebih ringan. Bravo pak TNI

Nikmat Berbagi

Ketika menghadapi masa sulit seperti ini, kita tidak bisa tinggal berpangku tangan. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan meski harus tetap jaga jarak. Sebagian besar masyarakat merasakan imbas dari pandemi yang melanda, terutama di bidang ekonomi. Kesulitan ini memicu masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah kembali beraktifitas seperti biasa. Hati menangis tanpa air mata melihat keadaan ini. Berusaha tetap tenang dengan membagi sebagian yang bisa di bagi dengan sesama. Kebahagiaan tersendiri ketika melihat senyum haru dari mata tulus mereka. Walau dalam keadaan sulit, berbagi dengan sesama menghadirkan sejuta bahagia.

Selasa, 19 Mei 2020

Mengajar dengan kasih

Menjadi seorang guru itu tidak mudah. Tugas seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu ke siswa tetapi juga mendidik dan membina. Hal yang paling sulit itu adalah mendidik dan membina, karena butuh kesabaran, ketulusan dan keikhlasan menjalaninya. Tatkala siswa menghadapi masalah di rumah tentu akan berpengaruh dengan konsentrasi menerima materi. Sekarang hal seperti ini bukan hanya tugas guru BK. Inilah tantangan yg paling unik sepanjang pengalaman saya menjadi guru di sebuah sekolah kecil. Akan ada kepuasan tersendiri ketika seorang guru mampu mendampingi siswa dalam permasalahannya dan siswa mampu bangkit lagi dan belajar seperti biasa. Tidak mudah membentuk dan mengasah perak menjadi permata. Pendekatan dengan kasih namun tetap tegas menjadikan kita idola semua siswa.



1 Pondok 2 Cinta.cerpen

1 PONDOK 2 CINTA
OLEH VIVI KRISTIANI


Semilir angin membelai lembut rambut Sinta yang terurai. Sore itu ia duduk sendiri di bawah pohon rambutan di belakang rumah sambil membaca sebuah buku komik yang disewa  kemarin. Sesekali ia menyeruput teh manis di sampingnya. Sinta adalah seorang gadis yang periang dan ramah. Mudah bergaul akrab dengan siapa saja. Ia mempunyai saudara kembar namanya Santi yang mempunyai sifat berbeda. Santi sangat pendiam dan tertutup walaupun mempunyai hobi yang sama yaitu suka membaca buku. Mereka berdua kuliah di jurusan yang berbeda. Sinta mengambil jurusan Biologi dan Santi lebih memilih jurusan Teknik Sipil. biarpun berbeda jurusan tetapi layaknya saudara kembar mereka selalu bersama-sama. Dari cara berpakaian pun mirip hampir tidak bisa dibedakan. Yang membedakannya hanyalah sifat saja. 
Ditengah keasyikannya dengan komik Naruto, ia dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba duduk disebelahnya seraya mengambil sepotong singkong goreng.
“Hayokkkkkkkk asyik baca jadi lupa waktu ya,”celoteh gadis itu yang tak bukan adalah Santi
“Apaan sih..ganggu saja,”sahut sinta menggeserkan tempat duduknya menjauh
“Baca apa kak Sinta?Boleh pinjam ya?”cecar Santi
“Anak kecil tidak boleh baca,”sahut Sinta mencubit pelan hidung bangir adiknya
Mereka tertawa lepas. Sangat akrab sekali. Akhirnya teh manis itu pun dinikmati bersama.
***
Pagi itu, tidak seperti biasa keduanya sangat sibuk menyiapkan buku-buku sambil sarapan pagi. Ternyata mereka bangun kesiangan pagi itu sementara jam pertama ada ujian tengah semester. Hanya Santi yang masih manyun di meja makan.
“Heiiii ayo buruan udah telat nih,”seru Sinta
“Makanya tiap malam jangan begadang terus, tuh kan jadi sibuk begini,”sungut Santi
“Aku kan masuk kuliah jam kedua tapi ikutan sibuk juga,”lanjutnya
“Sudah…kalau mau nanti biar aku berangkat sendiri. Kamu minta antar ayah saja,”tanpa memperdulikan wajah adiknya yang cemberut Sinta meraih tasnya dan pamit berangkat yang disusul oleh Santi. Ibunya hanya geleng-geleng kepala saja sambil tersenyum melihat tingkah kedua putri kembarnya yang masih kekanak-kanakan. Sesampainya di halaman kampus Sinta langsung turun dari sepeda motor dan meninggalkan adiknya yang masih termangu. Dengan hati yang kesal terpaksa Santi mengambil sepeda motor itu dan menuntunnya ke parkiran.
“Hai…bisa ku bantu?”suara seseorang menyapanya. Santi menoleh ke belakang. Ternyata dengan sigap tangan itu mengambil sepeda motor dari tangan Santi dan memarkirnya.
“Terima kasih An atas bantuannya,”ucap Santi tersipu malu. Maklum pemuda ini adalah idolanya sejak kuliah di semester 1 dulu. Kakak tingkatnya yang tidak lama lagi akan lulus.
“Sama-sama San,”sahut Anwar
“Buru-buru?kalau tidak yukkk kita duduk di sana dulu,”lanjutnya sambil menunjuk ke arah bangku kosong di bawah pohon akasia. Ternyata diam-diam Anwar juga sering memperhatikan gadis kembar dihadapannya ini. Ia pun mengagumi kesederhanaan Santi. Pendiam pintar dan lembut bahasanya. Jarang sekali ditemui pada zaman milenial sosok seorang Santi. Mereka ngobrol panjang lebar sambil terlihat sesekali tertawa. Sosok Anwar mampu membius Santi hingga terbawa ke arah perasaan yang sama.
Sejak saat itu, Santi dan Anwar sering terlihat bersama dan terkadang keusilan si kakak mengusik mereka hingga tak jarang Santi tersipu malu. Hari-hari begitu cepat berlalu. Anwar telah menamatkan kuliahnya dan melamar kerja di perusahaan yang bergerak di bidang batu bara. Sementara Santi dan kakaknya Sinta seperti biasa turun ke kampus. Tak jarang si Santi diantar-jemput oleh kekasihnya. Walaupun Sinta sosok yang supel murah bergaul tetapi ia masih belum mempunyai pacar. 
“San, bagaimana hubunganmu dengan nak Anwar?” tanya ayah suatu sore ketika mereka berempat duduk santai minum teh di teras rumah.
“Hhmmmmmm biasa saja ayah,”jawab Santi
“Ayah lihat akhir-akhir ini kalian sering jalan bersama keluar rumah. Gak enak dilihat tetangga nak,”kata ayahnya pelan penuh wibawa.
“Kamu tanyakan nanti ya, kalau serius nak Anwar bawa orang tuanya menemui ayah ibu biar kita bicarakan mana yang terbaik nak,”lanjutnya
“Iya ayah,”jawab Santi patuh
Sementara itu Sinta asyik dengan buku ditangannya dan ibu hanya sesekali melirik ayah dan anaknya. Tangannya merajut dengan cepat membuat taplak meja. Menyulam adalah hobi ibu sejak masih gadis dulu tetapi bakat itu tidak menurun untuk kedua putrinya.
Seperti biasa malam minggu Anwar selalu mengunjungi Santi, entah hanya sekedar duduk di teras rumah atau berjalan-jalan menuyusuri taman kota. Saat itulah Santi menyampaikan maksud ayahnya kepad Anwar agar hubungan yang mereka jalani diketahui oleh orang tua. 
“Mas Anwar serius gak sama saya,”tanya Santi membuka pembicaraan
“Iya, memangnya kenapa San,”tanya Anwar pelan
“Kalau mas Anwar serius, ayah ingin orang tua mas Anwar mengetahui hubungan kita,”jawab Santi
“Nanti menunggu waktu yang tepat, saya sampaikan dulu buat ayah dan ibu,”kata Anwar
“Lagian kamu kan belum lulus, lebih baik kamu selesaikan dulu kuliahmu baru kita bicarakan ke pernikahan,”jawab Anwar
“Iya tapi lebih bagus lagi kalau kedua orang tua kita mengetahuinya,”kata Santi
“Siap bos,” canda Anwar seraya menggandeng tangan kekasihnya menyusuri taman kota yang sedang ramainya saat itu. Orang-orang menikmati malam minggu bersama keluarga menghilangkan kepenatan setelah sepekan bekerja. 
Tepat pukul 09.00 WIB Santi diantar pulang dan disambut oleh ayahnya didepan pintu.
“Masuk dulu nak Anwar ada yang saya bicarakan sebentar,”kata ayah
“Baik om,”kata Anwar
“Saya bukannya tidak setuju dengan hubungan kalian berdua tetapi akhir-akhir ini saya lihat  kalian lebih dekat dan akrab, saya takut nanti menimbulkan hal yang tidak diinginkan” kata ayah
“Dan tidak enak juga dilihat tetangga,” lanjutnya.
“Iya om, nanti sampaikan untuk orang tua menunggu waktu yang tepat. Dan saya pasti akan ke sini bersama mereka untuk melamar Santi,” jawab Anwar
“Baiklah om, malam sudah semakin larut saya pamit dulu,” lanjutnya penuh hormat
“Baiklah nak Anwar, hati-hati dijalan,”sahut ayah
“Iya om, terimakasih atas perhatiannya,” jawab Anwar sopan. Hal inilah yang membuat kagum ayah Santi. 
Setelah sebulan sejak itu, Anwar datang bersama orang tuanya untuk membicarakan hubungan mereka. Mereka memutuskan untuk tunangan dulu baru menikah setelah santi menamatkan kuliahnya. Agar konsentrasi santi tidak terganggu.
“Kamu yakin dengan pilihanmu San,”tanya Sinta kepada sang adik
“Saya yakin kak, mas Anwar adalah laki-laki yang bertanggungjawab,”sahut santi.
Kakak beradik itu berpelukan erat. Sinta sedih dan juga bahagia. Ia sedih apabila nanti setelah adiknya menikah dan akan pindah rumah mengikuti suami, rumah mereka menjadi sepi dan ia tidak punya teman bercerita lagi. Tangis kebahagiaan bercampur menjadi satu di antara keduanya. Gadis kembar yang tak pernah berpisah sehari pun.
1 tahun kemudian
Hari bahagia yang ditunggu telah tiba. Hari bahagia buat keluarga besar mereka, terlebih kebahagiaan buat Anwar dan Santi. Sesuai kesepakatan waktu dan tanggal sudah ditentukan untuk pernikahan itu. Anwar sudah cukup matang dengan penghasilannya bekerja di salah satu perusahaan batu bara di Kalimantan dan ia tidak mengijinkan Santi untuk bekerja di luar. Sementara itu setelah kelulusan Sinta melamar bekerja di instansi pemerintah. Kedua keluarga besar mereka berkumpul. Semua dipersiapkan begitu sempurna. Senyum bahagia tak pernah lepas dari bibir mungil Santi. Betapa bahagianya menjadi ratu sehari bersama sang pujaan hati di atas pelaminan. Setelah resmi menjadi suami-istri, keduanya memutuskan untuk tetap tinggal bersama orang tua Santi dengan alasan kasihan istrinya sendiri kalau ditinggal bekerja. Ayah ibu Santi sangat senang dengan keputusan mereka. Dan membayangkan betapa cerianya suasana rumah nanti dilengkapi dengan kehadiran tangisan suara bayi. Impian setiap orang tua yang ingin menimang cucu. Sementara Sinta tetap seperti biasa bekerja menjalankan tugasnya sebagai pegawai baru. Suatu saat mereka terusik akan pertanyaan setiap orang ditemui. Orang-orang selalu bertanya kapan punya anak. Ternyata hal ini mengganggu Anwar dan Santi. Mereka berdua memutuskan pergi konsultasi ke dokter kandungan. Inilah awal dari malapetaka terjadi. Dokter memvonis bahwa Santi tidak bisa hamil karena ada kista di dalam rahimnya. Wanita mana yang tidak hancur mendengar vonis seperti itu, begitu juga dengan Santi. Ia mengutuk dirinya mengapa tidak bisa menjadi istri yang sempurna buat suami yang dicintainya. Sementara itu Anwar menjadi lebih sering diam dan memilih sering menghabiskan waktunya di kantor karena kesibukkannya sebagai manager pun jadi salah satu alasan. 
Pagi itu Sinta mual dan muntah sehingga ia tidak bisa masuk kerja. Ibunya mengira ini adalah masuk angin. Seperti biasa kalau putrinya sakit sang ibu membuatkan minuman jahe dan mengerik dengan uang logam. Pagi kedua pun terjadi hal yang sama, Sinta muntah-muntah lagi. Ibunya panik  dan membawa Sinta ke dokter. Sinta menolak dengan alasan banyak pekerjaan kantor yang harus ia selesaikan. Pagi ketiga pun terjadi hal sama, tanpa minta persetujuan ibunya membawa Sinta ke dokter dan alangkah terkejutnya sang ibu mendengar hasil pemeriksaan dokter. Ternyata Sinta positif dinyatakan hamil. 
Di ruangan tengah tempat mereka biasa berkumpul terasa mencekam. Ayah dan Santi bertanya-tanya tentang penyakit sang kakak. Karena sejak pulang dari dokter ibu dan Sinta tidak banyak bicara bahkan Sinta lebih sering mengurung diri di dalam kamar. Hal ini membuat penasaran mereka. 
”Kak Sinta, kata dokter apa kak?”tanya Santi
Tiba-tiba Sinta menangis dan menghabur memeluk tubuh adik kembarnya
“Maafkan aku San, aku tidak layak jadi kakakmu. Aku bukan kakak yang terbaik buatmu,”tangisnya pecah dengan keras membuat terkejut seisi ruangan. Termasuk Anwar. 
“Penyakitnya ka Sinta apa?biar kita tahu dan cepat berobat,”lanjut Santi
“Sinta hamil tanpa seorang ayah!!!!” pekik ibunya marah
Ayahnya terkejut dengan apa yang diucapkan ibu dan menghampiri Sinta. Sebuah tamparan keras bersarang di pipinya. 
“Siapa yang menghamilimu?”teriak ayahnya geram penuh amarah. Dan sekali lagi sebuah tamparan mendarat di pipinya namun dengnan segera ditangkis oleh Santi. 
“Kak, katakana apa yang terjadi?”kata Santi pelan mengusap airmata di wajah kakaknya.
“Maafkan aku,”suaranya pelan dalam tangisan yang begitu kuat tak mampu dibendungnya.
Santi keheranan kenapa Sinta seperti itu. Apa yang telah terjadi. 
“Aku sudah menjadi penghancur rumah tanggamu,”lanjutnya
“Maksud kakak apa?”tanya Santi penasaran
“Aku hamil anak Anwar,”jawab Sinta bergetar 
Bagaikan disambar petir terkejutnya Santi mendengar pengakuan Sinta. Sementara Anwar juga tidak kalah terkejut. Santi mundur dan duduk terkulai. Ia tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya. Tak mampu berucap hanya bahasa tangisan yang mampu ia tumpahkan saat itu. Perasaan hancur lebur menjadi satu. Ia seakan tak percaya bahwa suaminya yang menghamili kakak kembarnya Sinta. Santi menghampiri suaminya dan tangan kecil itu melayang ke pipinya. Anwar tertunduk diam dan berusaha merangkul istrinya. Permohonan maaf tak lagi menjadi sebuah solusi. Dengan pelan Anwar mengaku kesalahannya yang ia pun tidak tau akan seperti ini. Pada saat itu ia pulang larut malam dan sesampainya di rumah pintu dibuka oleh Sinta. Anwar langsung memeluk dan mencium Sinta penuh nafsu, ia mengira kalau wanita di depannya itu adalah istrinya. Sinta tidak kuat menolak tubuh kekar Anwar di bawah pengaruh alkohol. Saat itu ia mabuk berat setelah minum bersama teman sekantornya yang merayakan ulang tahun. Anwar mengaku salah dihadapan istrinya, ayah dan ibu mertuanya. Dengan besar hati Santi meminta Anwar menikahi Sinta. Ia  merelakan sang suami ke pelukan kakaknya walaupun pedih. Begitu berat keputusan yang ia ambil namun tidak ada jalan lain. Pilunya hati Anwar melihat ketegaran istrinya. Anwar berjanji akan menjaga dan tetap mencintai Santi dalam hati dan juga bertanggunjawab menikahi Sinta. Namun jauh di dasar hati Santi tetap mencintai suaminya itu tapi dengan cara yang berbeda. Sejak Anwar dan Sinta resmi menikah, Santi tetap tinggal serumah tetapi kini ia lebih disibukkan dengan pekerjaan barunya. Sementara Sinta dan Anwar mulai menata kembali kehidupan yang baru walaupun masih dengan bayang-bayang wajah sang adik.


TAMAT


Senin, 18 Mei 2020

Puisi motivasi

Berlari mengejar matahari
Melaju dan terus melaju
Menggapai tiap asa yang tertunda
Menjadikan angan jadi kenyataan
Kekuatan terbesar adalah kemauan
Mau untuk terus meloncat dalam terang
Membius bibir-bibir dower yang kejam
Mematikan tiap kata yang menjatuhkan
Air mata mengalir tanpa suara
hanya hati yang tau
Jadikan cambuk semangat membara
Meraih mimpi

Rindu Di Depan Kelas

    Hampir tiga bulan berlalu dan selama itu pun kita tidak bertemu. Ada banyak hal yang ingin kuceritakan buat kalian. Cerita tentang hidup...